Assalamualaikum

Assalamualaikum

Me

Me

Cari Blog Ini

This is Me

Arti

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

Selasa, 03 Januari 2012

Hakikat Manusia dan Perkembangannya

A.    Hakikat Manusia dan Perkembangannya
1.      Hakikat Manusia
a.      Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Makhluk Tuhan sering disebut sebagai “homo religius” yang berarti berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan – Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar. Di sisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.
Ciri – ciri manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai berikut.
@ Mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan yang diwujudkan dengan berbagai cara.
@ Menyadari bahwa dunia dan segala isinya adalah ciptaan Tuhan.
@ Manusia dianugerahi akal dan budi yang dapat dikembangkan secara maksimal.
@ Manusia memiliki keterbatasan yang kadang – kadang sukar untuk dijelaskan.
 
b.      Manusia sebagai Makhluk Pribadi/ Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur – unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing – masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
 Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda – beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus – menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi – potensi bio – psiko – fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
c.       Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersbut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Ketika manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Pada usia bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan teman- teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma-norma pergaulan dengan lingkungan yang semakan luas. manusia hidup dalam lingkungan sosialnya. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lainnya. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Berdasarkan proses diatas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipeliharadan dibesarkan dalam sesuatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakakn kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup hidup dalam kelompoknya.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, sebagai berikut.
@ Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
@ Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
@ Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
@ Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

2.      Perkembangan Manusia
a.      Pengertian Perkembangan
Perkembangan pada dasarnya adalah perubahan kualitatif sesuatu hingga membuahkan hasil atau manfaat bagi pihak lain. dapat diartikan pula sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsi yang dimungkinkan adanya perubahan tingkah laku hasil belajar.
Beberapa definisi psikologi perkembangan menurut para ahli.
@ Menurut Monks, Knoers dan Haditono bahwa “psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersolankan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang dengan menitik beratkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.”
@ Menurut Kartono bahwa “Psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja sampai periode adolesense menjelang dewasa.”
@ Encyclopedia International: “Developmental psychology is a branch of psychology devoted been placed on the search for those elements of behavior in the child which are thought to be prerequisite for complex adult behavior.” (Psikologi perkembangan adalah suatu cabang dari psikologi yang mengetengahkana pembahasan tentang perilaku anak secara historic titik berat pembahasannya pada penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks).
@ Good dalam Dictionary Of Education: “Developmental psychology: the branch of psychology concerned with the course of progressive stages of behavior, considered phylogenetically anda ontogenetically, and including both the phase of growth and of decline, broder in meaning than genetic psychology, though the terms are frequently use interchangeably.”
Perkembangan dapat diartikan sebagai The progressive and continous change in the organism from birth to death (perubahan yang progresif dan berkesinambungan dalam diri individu dari mulai lahir samapai mati). Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan – perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik dan psikis.
@ Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian – bagian organism (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
@ Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju,, meningkat, dan mendalam (meluas) baik  secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
@ Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan tidak terjadi secara kebetulan atau loncat – loncat.


b.      Prinsip Umum Perkembangan
1)      Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process)
2)      Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3)      Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
Yelon dan Weinstan mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut.
@ Cephalocaudal & proximal – distal
Perkembangan manusia dimulai dari kepala ke kaki (cephalocaudal) dan dari tengah (paru – paru, jantung dan sebagainya), ke pinggir (tangan) (proximal – distal).
@ Struktur mendahului fungsi
Anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya.
@ Perkembangan itu berdiferensi
Perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum.
@ Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak
Perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak).
@ Perkembangan itu berlangsung dari egosentris ke prespektivisme
Mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui pengalamannya dalam bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi prespektivis (anak telah memiliki sikap simapti atau memperhatikan kepentingan orang lain).
@ Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to linier control
Awalnya anak sangat bergantung pada orang lain, terutama orang tuanya. Baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis berupa perlindungan, kasih sayang atau norma – norma. Sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengendalian atau pengawasan dari luar. Seiring bertambahnya  pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai – nilai, baik – baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri.
4)      Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat.
5)      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Perkembangan pada setiap fase akan berbeda satu sama lain, namun masih tetap sebagai berkesinambungan antar fase perkembangan.
6)      Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/ fase perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang. Individu akan mengalami fase – fase perkembangan dari bayi, kanak – kanak, anak, remaja, dewasa, hingga masa tua.



Adapun tiga prinsip umum perkembangan yang diakui oleh para ahli. Ketiga prinsip itu sebagai berikut.
1)      Manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda – beda.
Kecepatan perkembangan pada setiap manusia tidaklah sama ada yang cepat, biasa saja, bahkan lambat.
2)      Perkembangan berlangsung secara relative teratur.
Manusia berkembang dari kemampuan yang awal (sederhana) kepada kemampuan yang lebih tinggi.
3)      Perkembangan terjadi secara berangsur – angsur.
c.       Aspek Perkembangan Manusia
1)      Perkembangan fisik dan motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan – gerakan.
2)      Perkembangan pengamatan, ingatan dan fantasi.
@ Pengamatan, perkembangan pengamatan sama halnya pada perkembangan motorik pada permulaan. Yaitu mula – mula bersifat umum, global, yang selanjutnya menuju ke hal – hal yang khusus.
@ Ingatan, berkembang sesuai umur semakin bertambah usia anak maka makin bertambah juga kemampuan daya ingatnya
@ Fantasi,mulai berkembang pada usia kurang lebih tiga tahun dan selanjutnya terus berkembang.
3)      Perkembangan kognitif dan berfikir, kemampuan berfikir ini juga berkembang sesuai dengan pertambahan usia. Mulai kanak – kanak hinga pada akhir nya tercapai kepribadian yang bulat.
4)      Perkembangan kepribadian, perkembangan selalu menyangkut kehidupan aku pribadi (ego) dalam hubungannya dengan kehidupan sekitar. Pada mulanya sifat ego tersebut sangattinggi, namun seiring bertambahnya usia sifat tersebut semakin berkurang akibat bertambahnya pengalaman – pengalaman hidup dalam masyarakat.
5)      Perkembangan kedewasaan, perkembangan ini tidak dapat dilepas dari perkembangan kepribadian. Terbentuknya kepribadian yang bulat, berarti pula tercapainya kedewasaan.
6)      Perkembangan sosial, perkembangan yang terjadi dalam interaksi dengan orang lain.
 B.     Tripusat Pendidikan
Konsep tripusat pendidikan dicetus oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu prinsip pendidikan Taman Siswa. Tripusat pendidikan adalah pendidikan yang berlangsung pada tiga lingkungan yang dianggap sebagai pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyuarakat. Perpaduan antar ketiganya menentukan keberhasilan dalam suatu pendidikan.
Seperti dikatakan Ki Hajar Dewantara, pendidikan berlangsung didalam lembaga sekolah, keluarga dan masyarakat. Sistem yang disebut sebagai Tripusat Pendidikan ini dijadikan sebagai strategi dalam upaya pengembangan pendidikan yang didasarkan kebudayaan dan kebangsaan sebagai upaya penangkalan terhadap kebudayaan dari luar yang tidak mendidik sesuai dengan budaya timur.Sistem tripusat pendidikan membutuhkan realisasi diantaranya dengan membuat inspirasi dan membangun perasaan saling bekerja sama dan mengembangkan daya saing diantara siswanya.
1.      Keluarga sebagai Pusat Pendidikan
Keluarga sebagai pusat pendidikan merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Pembentukan sikap, kebiasaan, kepribadian, serta nilai – nilai agama terutama diharapkan terjadi dalam keluarga. Di samping itu, keluarga juga mempunyai peran yang paling penting dalam pembentukan pengetahuan dan keterampilan seorang anak, pada gilirannya akan mempengaruhi pendidikan sekolah. Presentasi yang dicapai anak di sekolah tidak dapat dilepaskan dari peran pendidikan dalam keluarga.


2.      Sekolah sebagai Pusat Pendidikan
Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang berjenjang dan berkesinambungan. Undang – undang tentang Sistem Pendidikan Nasional membagi pendidikan sekolah menurut jenis dan jenjangnya. Jenis pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan professional. Dari jenjangnya, pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar, terdiri dari pendidikan SD dan SMP, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di samping itu, dapat pula dilaksanakan pendidikan luar sekolah.
Tugas sekolah sebagai pusat pendidikan bukan hanya membekali anak dengan pengetahuan yang pada umumnya bersifat hafalan, tetapi menyelenggarakan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak menguasai pengetahuan, sikap/ nilai,  dan keterampilan yang sesuai dengan sosok manusia Indonesia seutuhnya.
3.      Masyarakat sebagai Pusat Pendidikan
Masyarakat sebagai pusat pendidikan menyelenggarakan pendidikan luar sekolah, berupa kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan di masyarakat terutama ditekankan pada pembentukan pengetahuan serta nilai dan sikap juga diperhatikan. Contoh – contoh pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat adalah berbagai kursus dan pendidikan paket. Pendidikan dalam masyarakat juga mempengaruhi pendidikan yang berlangsung di sekolah.

C.    Dasar – dasar Pembelajaran Anak Didik
1.      Prinsip Holistik Perkembangan Anak Didik
Secara umum kata holistic berarti keseluruhan. Prinsip holistic perkembangan anak mengisyaratkan bahwa anak belum mampu menghayati lilngkungannya secara terpilah – pilah. Sebaliknya, anak memandang lingkungannya sebagai suatu keseluruhan yang tidak jelas unsur – unsurnya. Memberikan makna secara holistic berdasarkan pengalaman konkret, serta belum mampu menghayati sesuatu yang abstraak atau yang dipilah – pilah secara artificial.
2.      Kebutuhan Anak akan Pendidikan
Sesuai dengan prinsip holistic perkembangan anak serta karakteristik anak usia SD kelas rendah maka dalam pendidikan/ pembelajaran dapat dirinci sebagai berikut.
@ Pengalaman belajar yang bersifat konkret.
Kemampuan anak untuk memilih pengalaman belajar yang bersifat abstrak belum tumbuh.
@ Memberikan kesempatan mengutak – atik atau memanipulasi sesuatu.
Kegiatan – kegiatan yang memberikan kesempatan siswa untuk berkreasi sekaligus untuk bermain dan belajar.
@ Mencerminkan keterpaduan, bukan pengalaman belajar yang dipilah – pilah secara ketat dalam berbagai bidang ilmu.
Pengalaman belajar ini hendaknya bertolak dari satu kesatuan yang utuh, yang mampu dihayati anak secara konkret sehingga anak dapat member makna terhadap pengalaman tersebut.
Kondisi belajar yang menyenangkan yang mencangkup,
@ model atau contoh yang memadai;
@ kesempatan mengulang contoh yang diberikan; dan
@ dorongan atau motivasi belajar yang dapat dimunculkan dengan,
F menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan cara membangun hubungan yang akrab dan sehat dengan siswa;
F pengalaman belajar yang sesuai dengan karakteritik;
F penguatan/ balikan yang tepat dengan menanamkan kepercayaan pada diri anak bahwa mereka mampu mengerjakannya; dan
F menghindari respon negative, kesalahan yang dibuat anak adalah sesuatu yang wajar dalam proses belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar